
J. Allen Brack secara resmi telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden di Blizzard Entertainment. Hal ini disebabkan oleh berlangsungnya gugatan kejadian diskriminasi dan pelecehan yang meluas di perusahaan miliknya.
Informasi tersebut pertama kali muncul dari seorang jurnalis dari Bloomberg, Jason Schreier dengan membuat pernyataan resminya yang muncul di publik sebagai petunjuk bahwa J. Allen Brack telah keluar dari jabatannya di Blizzard Entertainment.
BREAKING: Blizzard president J. Allen Brack is leaving the company, Activision Blizzard just told staff. Jen Oneal and Mike Ybarra will take over as “co-leaders of Blizzard.”
— Jason Schreier (@jasonschreier) August 3, 2021
Filed to Bloomberg Terminal, story will be live shortly
Dilansir dari sebuah website resmi Blizzard Entertainment, posisi J. Allen Brack sebagai presiden dari Blizzard Entertainment akan digantikan oleh dua orang yakni Jen Oneal dan Mike Ybarra.
Sebelumnya, Oneal pernah menjabat sebagai kepala studio di Vicarious Visions dan bergabung dengan Blizzard pada bulan Januari lalu. Mike Ybarra bergabung dengan Blizzard pada tahun 2019 lalu setelah dirinya keluar dari Xbox.
New leadership at Blizzard.
— Blizzard Entertainment (@Blizzard_Ent) August 3, 2021
? https://t.co/536WzIJLJv
Brack menambahkan pernyataan resminya terkait dengan pergantian pemimpin perusahaannya.
“Saya yakin bahwa Jen Oneal dan Mike Ybarra akan memberikan kepemimpinan yang dibutuhkan Blizzard untuk mewujudkan potensi penuhnya dan akan mempercepat laju perubahan. Saya mengantisipasi mereka akan melakukannya dengan semangat serta antusiasme dan bahwa mereka dapat dipercaya untuk memimpin dengan tingkat integritas dan komitmen tertinggi terhadap komponen budaya kita yang membuat Blizzard begitu istimewa.”
Pengumuman terpisah mengenai Brack keluar untuk “mengejar peluang baru” muncul dalam halaman hubungan investor Activision.
Brack disebutkan dalam gugatan tersebut, setelah dilaporkan hanya memberikan “tamparan di pergelangan tangan” kepada mantan direktur kreatif Alex Afrasiabi, meskipun telah menerima keluhan tentang pelanggaran seksual yang konsisten di perusahaan.